Sukses Petani Jambu Getas Merah : Tanam Pertama 90 Bibit, Kini Kelola 12 Ha

Rabu, 04 Agustus 2010

KESUKSESAN dan rezeki manusia memang tidak didapat dengan hanya berpangku tangan. Abdul Kurnen (50), petani jambu getas merah asal Desa Magersari Kecamatan Patean misalnya. Dirinya berhasil menuai sukses membudidayakan jenis jambu getas merah setelah sebelumnya sempat terpuruk saat mencoba usaha lain. Ketika ditemui di rumahnya kemarin dirinya menjelaskan, sebelum berhasil membidangi usaha perkebunan jambu, dia beberapa kali sempat mengalami kegagalan saat mencoba menanami tanahnya dengan padi, pisang lalu kemudian mencoba membudidaya ikan koi.


“Awal tahun 2000-an, saya beberapa kali sempat gagal saat mencoba menseriusi perkebunan pisang dan ternak ikan koi. Tahun 2003, setelah membaca di sebuah majalah holtikultura, saya mendapatkan inspirasi untuk menanami kebun saya dengan jambu getas yang saat itu baru ada di Bogor,” katanya. Awal proses usahanya, dia hanya menanam 90 bibit pohon jambu merah yang dia dapat langsung dari Bogor. Dengan berkembangnya pengetahuan tentang tanaman jambu, serta meningkatnya minat masyarakat atas buah jambu merah, kini usaha yang ditekuninya mampu memberikan omzet yang cukup besar bagi dia dan keluarganya. “Saat ini saya mengelola 12 hektare kebun jambu. Setiap hektarenya bisa menghasilkan tiga kuintal buah jambu yang bisa langsung dipasarkan ke beberapa kota, khususnya Semarang, Surabaya dan Yogjakarta,” paparnya.

Ditambahkan, menanam jambu memang memberikan keuntungan tersendiri dibanding menanam padi atau pisang. Dikarenakan, setiap tanaman yang sudah berbuah secara produktif, para petani bisa memanen 100 kali dalam satu tahun. Meskipun, harga buah jambu setiap bulan bisa berubah dan fluktuasi harganya sangat tinggi.
“Sekilo jambu kita jual dengan kisaran Rp. 1.000 hingga Rp 6.000. Naik turunnya harga tergantung banyak tidaknya hasil panen. Saat panen raya, khususnya di bulan Desember, harga per kilo jambu bisa sangat rendah hingga mencapai Rp. 1.000,” papar dia. Terkendala Pemasaran Dikatakan, meski bisa dikatakan sudah cukup sukses sebagai petani, ada beberapa kendala yang dihadapi para petani jambu pada umumnya. Yaitu terkait manajemen pemasaran yang menurutnya cukup sulit, khususnya ketika panen melimpah.

“Para petani sangat sulit memasarkan hasil panen saat panen melimpah. Apalagi jika panen itu juga dibarengi panen buah-buah lainnya. Maka untuk itu kita berusaha melakukan terobosan dengan mengolah hasil panen sebagai produk kemasan seperti jus dan sirup,” kata pria yang juga ketua klaster jambu getas merah Kendal.

Sementara itu anggota Fraksi PKS DPRD Kabupaten kendal, Kartika Nursapto menilai potensi jambu getas merah cukup bagus untuk dijadikan buah khas Kendal. Sayangnya, selamaa ini pemkab belum begitu serius membantu mengenalkan produk dari petani di pasar nasional.
‘’Kalau dikembangkan dan dikelola dengan baik, jambu merah bisa menjadi salah satu ikon Pemkab Kendal mendampingi pisang raja bulu,’’ pungkasnya. (Lanang Wibisono-14)

1 komentar:

Mat Miller mengatakan...

harusnya demi kemaslahatan umat kita maju bersama, jangan hanya menyalahkan dan komentar saja seperti saya...tp tidak melakukan sesuatu....Partai Kokean Sial

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © Agri Care Community